Langsung ke konten utama

SUKSES ALA PARJO (2015) | short film fiction


Parjo (25 th) berkeinginan menjadi pria yang sukses. Karena setiap hari ia melihat orang-orang di sekitarnya juga ingin menjadi sukses. Namun, pada suatu hari yang tak terduga ia menemukan perbedaan antara pria sukses dan laki-laki sukses.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khatulistiwa di Bawah Langit Poncowinatan (2018) | short film documentary

Sinopsis Sejak abad ke-19, Jalan Poncowinatan dikenal sebagai salah satu kawasan Pecinan Yogyakarta yang menjadi pembatas sekaligus perhubung Klenteng 'Tjen Ling Kiong' dengan Pasar Kranggan. Secara sosial, keberadaannya menjadi medium interaksi ekonomi, budaya, dan spiritual masyarakat Yogyakarta yang multikultural. Secara fungsional, kawasan itu menjadi tempat ibadah (Khonghucu, Tao, Budha), pusat Kebudayaan Tionghoa, dan Sumber penghidupan. Melalui kehidupan sehari-hari Js. Margo (45), seorang rohaniwan penyebar agama Khonghucu membawa kita melihat lebih dekat bagaimana proses negosiasi yang dilakukan masyarakat di bawah langit Poncowinatan, ketika menyikapi perbedaan budaya, agama dan kepentingan yang saling bersingungan.

JIHAD SOSIAL (2017) | short film documentary

Sudah terlalu sering kata "Jihad" disalah artikan dengan wacana-wacana kekerasan. Maka dengan mengangkat tema “Jihad” film dokumenter ini berupaya untuk mengambarkan sebuah proses sosial aktivitas "Jihad" itu sendiri. Tema ini dipilih sebagai sebuah alternatif dalam menerjemahkan aktivitas menjaga, merawat, dan memelihara hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan sebagai "Jihad-Sosial".

PENANTIAN SUNYI (2016) | short film experimental

The mythology of twin banyan trees located in southern town square of Yogyakarta basically tells about the equilibrium feeling in the romance of life. However, the current development made people around them too busy to talk about their own concern. Cap it all, the existence of twin banyan tree remains the silent witness of the longing on hold. ----------------- Mitologi beringin kembar di alun-alun selatan Yogyakarta pada dasarnya mengajarkan sebuah keseimbangan rasa dalam romantika kehidupan. Namun, perkembangan zaman membuat orang di sekitarnya sibuk membicarakan kepentingan. Akhirnya wujud beringin kembar menjadi saksi bisu sebuah kerinduan dalam penantian.