Langsung ke konten utama

JIHAD SOSIAL (2017) | short film documentary


Sudah terlalu sering kata "Jihad" disalah artikan dengan wacana-wacana kekerasan. Maka dengan mengangkat tema “Jihad” film dokumenter ini berupaya untuk mengambarkan sebuah proses sosial aktivitas "Jihad" itu sendiri. Tema ini dipilih sebagai sebuah alternatif dalam menerjemahkan aktivitas menjaga, merawat, dan memelihara hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan sebagai "Jihad-Sosial".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AMIN (2015) | short film fiction

Inspired by Usdoy (18 th), Karebet (20 th) used kites to hang his desire in the sky. Miraculosly, his desire to eat durian fruit was granted. Factually Usdoy and friends were also full of desires. They wrote their desires on a kites and said ... "amen". ---------------------- Terinspirasi oleh Usdoy (18 th), Karebet (20 th) menggunakan layang-layang untuk menggantungkan keinginan di langit. Ajaibnya, keinginanya makan buah durian dapat terkabul. Ternyata Usdoy dan kawan-kawannya juga memiliki banyak keinginan. Akhirnya mereka menulis keinginan masing-masing di atas layangan, dan mengucap ... "amin"

Khatulistiwa di Bawah Langit Poncowinatan (2018) | short film documentary

Sinopsis Sejak abad ke-19, Jalan Poncowinatan dikenal sebagai salah satu kawasan Pecinan Yogyakarta yang menjadi pembatas sekaligus perhubung Klenteng 'Tjen Ling Kiong' dengan Pasar Kranggan. Secara sosial, keberadaannya menjadi medium interaksi ekonomi, budaya, dan spiritual masyarakat Yogyakarta yang multikultural. Secara fungsional, kawasan itu menjadi tempat ibadah (Khonghucu, Tao, Budha), pusat Kebudayaan Tionghoa, dan Sumber penghidupan. Melalui kehidupan sehari-hari Js. Margo (45), seorang rohaniwan penyebar agama Khonghucu membawa kita melihat lebih dekat bagaimana proses negosiasi yang dilakukan masyarakat di bawah langit Poncowinatan, ketika menyikapi perbedaan budaya, agama dan kepentingan yang saling bersingungan.

AL GHORIIB (2015) | short film documentary

Sebuah perjalanan cahaya yang menembus kegelapan kadang terasa asing. Hal ini terjadi karena kita tidak terbiasa melihat cahaya itu dari arah berlawanan. Keadaan itu merupakan sebuah analogi yang menggambarkan sosok miss Katrin Bandel, seorang Doktor sastra Indonesia berkebangsaan Jerman yang mengambil sebuah keputusan asing bagi orang-orang di sekitarnya, ketika ia 'nyantri' di sebuah Pondok Pesantren. Karena memang tidak mudah menjalani kehidupan sebagai santri(wati) yang tinggal di negeri orang demi sebuah perjalanan cahaya. Sehingga keputusan itu membuatnya nampak berbeda. Padahal sebagai manusia biasa, miss Katrin Bandel juga memiliki kemampuan untuk membuat keputusan tanpa rasionalitas__sebuah pilihan yang dapat menimbulkan kesenangan tanpa pamrih sebagai suatu kualitas spontan yang kadang tak harus dihubungkan dengan apa-apa.